Redaksi: Inilah statemen Forum Aktivis Nasional (FAN) yang disampaikan di Jakarta, Kamis malam (2 Mei 2024), untuk mengundang kaum muda pada panggilan sejarah untuk kembali pada Cita-Cita Proklamasi 1945, yang sampai saat ini makin jauh dari harapan dan capaian karena etika-moral diabaikan, reformasi dikorupsi, dan rule of law dicampakkan
KONFRONATSI- Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan peristiwa sejarah sebagai momentum penting bangsa Indonesia dalam upaya meletakkan dasar kedaulatan negara untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa keluar dari belenggu penjajahan. Tujuan negara dengan jelas dan tegas menyatakan untuk membentuk suatu pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Berdasarkan
pada tujuan bernegara Indonesia di atas, maka hakikat proklamasi dalam konteks
sejarah adalah upaya terus menerus untuk menjaga, merawat dan mendorong perwujudan cita-cita proklamasi kemerdekaan 1945 tersebut. Namun, pada kenyataannya, apa yang
dikumandangkan pada Proklamasi tersebut masih jauh dari harapan kita
semua. Terdapat banyak kekurangan, kesenjangan antara kaya dan miskin,
ketimpangan pembangunan perkotaan dan pedesaan, distribusi keadilan yang tak
merata. Selain itu terdapat struktur ekonomi yang timpang sebagai akibat dari
warisan dualisme sistem ekonomi kolonial,
Penguasaan Sumber Daya oleh segelintir orang menambah pula jurang yang
menganga antara yang kaya dan miskin.
Kami
juga mencermati masalah yang paling
ironis adalah di mana cita-cita keadilan yang belum terwujud, korupsi
merajalela baik dipusat maupun didaerah dan praktik perburuan rente ekonomi
yang serakah. Selain itu, penyelenggaraan hukum masih tajam ke bawah, tumpul ke
atas, hilangnya budaya malu dalam negara. Meminjam kata-kata Mahatma Gandi,
dunia ini cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan manusia, tetapi tidak cukup
bagi orang yang serakah.
Kami
berpandangan bahwa munculnya banyak problematika kebangsaan tersebut,
diakibatkan oleh terkikisnya kesadaran bangsa kita akan sejarah dimana terjadi
peristiwa besar Proklamasi yang diperjuangkan oleh tokoh tokoh besar kita sudah
mulai dilupakan, sehingga membuat masa
depan bangsa kita berjalan ditempat (going nowhere).
Dalam
konteks itu, kami Forum Aktivis Nasional (FAN) hadir mengingatkan untuk
menggelorakan dan membangkitkan kesadaran sejarah dengan merawat memori
kolektif kita mengenai dasar-dasar kebangsaan, kesadaran untuk mencapai
keadilan dan kemakmuran.
Dengan
demikian, FAN hadir bukan saja untuk membahas masalah-masalah current issue, tetapi
juga lebih dari itu kami berkomitmen untuk membongkar kesadaran atas kelalaian
dalam penyelenggaraan kekuasaan negara. Dalam kenyataannya menunjukkan betapa
buruknya fungsi pelaksanaan kontrol terhadap kekuasaan, sehingga kekuasaan
politik Indonesia cenderung berjalan tidak dalam kehendak rakyat dan
konstitusi. Hal ini benar yang dikatakan Lord Acton, “power tends to corrupt
and absolute power corrupt absolutely, “
Begitu juga dengan kedaulatan rakyat yang kita peroleh dari perjuangan
kemerdekaan dengan gampang dirampas hingga rakyat tidak berdaya.
Oleh
karena itu, FAN ingin menegaskan kembali
tentang pentingnya pengawasan kekuasaan supaya kekuasaan berjalan
sebagaimana mestinya tujuan bernegara dan
pelaksanaan kekuasaan berdasarkan rule of law dan berdasarkan prinsip
pembudayaan etika dan moral.
Pada
akhirnya, FAN ingin menegaskan bahwa demokratisasi dapat terlaksana dengan
pelaksanaan dan konsistensi peran dan fungsi hukum (rule of law) yang efektif.
Untuk itu FAN akan mengawal proses demokrasi Indonesia dan mengajak berbagai
komponen bangsa, agar rule of law dapat ditegakkan karena demokrasi
tanpa rule of law akan mengalami political decay. Sebagaimana
dikatakan diajarkan oleh agama, menyatakan, ”barangsiapa yang hari sekarang
lebih baik dari hari kemarin, maka termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa
yang harinya sama dengan kemarin maka dia orang yang merugi, barangsiapa hari ini,
lebih jelek dari kemarin, maka dia orang yang terlaknat.”
Kami
berpandangan pentingnya peranan creative
minority sebagaimana dikatakan sejarawan, Arnold J. Toynbee. Dalam hal ini Forum
Aktivis Nasional (FAN) tampil menggelorakan semangat sejarah dengan
menggerakkan berbagai potensi aktivis nasional Indonesia agar bangsa besar ini
tidak mengalami kejatuhan, sebagaimana pada pengalaman sejarah kekuasaan
Nusantara I (Sriwijaya), Nusantara II (Majapahit). Salah satu penyebab dari
runtuhnya kekuasaan Nusantara I dan II tersebut, akibat gejala korupsi yang
merajalela dan ketamakan yang terjadi pada masa kekuasaan raja-raja masa lalu.
Dan pada Nusantara III, Indonesia modern yang akan memasuki usia 79 tahun, maka
tanggungjawab pemuda sebagai creative minority adalah memenuhi panggilan
sejarah sebagaimana ditegaskan oleh Dr.
Ir. Soekarno, ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.” Hal itu penting
mengingat panggilan sejarah adalah ingatan masa lalu, untuk kebaikan masa sekarang
dan masa depan adalah cerminan masa sekarang. Pentingnya makna sejarah,
diungkapkan kritikus George Santayana bahwa mereka yang tidak mengambil
pelajaran dari sejarah, maka mereka ditakdirkan untuk mengulanginya.
Untuk
itu Forum Aktivis Nasional (FAN) hadir
sebagai wadah berhimpun bagi siapa saja yang ingin memikul tanggung jawab
sejarah. Panggilan sejarah ini hanya ada
pada anak anak muda yang
peduli akan masa depan yang maju
dan gemilang.
Sekali lagi, seperti dikatakan
orang bijak: ”Barangsiapa yang hari sekarang lebih baik dari hari kemarin, maka
termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin
maka dia orang yang merugi, barangsiapa hari sekarang lebih jelek dari kemarin, maka dia
orang yang terlaknat, celaka.”
Merdeka
!!
Jakarta,
02 Mei 2024
Forum
Aktivis Nasional,
Bursah Zarnubi dan Angelius Wake Kako