Search

Ir. Agung Soehedi, Sosok yang Tahan Banting, merantau ke AS, memasuki Industri Pesawat Boeing

 




KONFRONTASI- Ir. Agung H. Soehedi terbang ke Washington, Seattle, memulai  tantangan baru. Hidup adalah perjuangan dan pergulatan antara jejak langkah, bayangan dan harapan, antara impian dan kenyataan.  Saya bertemu dengan Mas Agung dan keluarga pada winter 2012 di Seattle, AS. Sebuah kisah dan peta perjalanan seorang insinyur kader Prof BJ Habibie, terbuka.

Ir. Agung H. Soehedi, pria kelahiran 8 Mei 1963 di Temanggung, Jawa Tengah, telah lebih dari 10 tahun berkarir di IPTN.  Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997-98 memaksa IPTN gulung tikar dan direkomendasi oleh IMF untuk ditutup, diberangus. “Sebelum itu saya sudah memutuskan ke Amerika Serikat,” kata Agung. Merantau ke AS dengan seberkas asa, dan hidup musti dipertaruhkan karena kadang nasib tak bisa diduga.

Mula-mula ia dipersulit mendapatkan paspor. Setelah tak lagi jadi PNS, paspor dan visa diperoleh. Mulailah teknolog Itenas Jakarta (1990) itu mengadu nasib di Boeing.

“Alhamdulillah saya diterima,” kata pria yang pernah bersekolah di SMP Negeri Purwekerto dan SMA Negeri 3 Bandung itu.

Di masa lalu, mata Agung H Soehedi berkaca-kaca saat mengantar personel pesawat Boeing 737-900 ER, Jumat (16/9/2011) pukul 23.00, di hanggar Commercial Delivery Center The Boeing Company, Seatt- le, Amerika Serikat. Semua personel yang berjumlah 15 orang, termasuk Direktur Utama Lion Air Rusdi Kirana, disalami serta dirangkulnya, penuh persahabatan. “Semoga semuanya sukses,” kata Agung dengan suara berat dan terbata-bata.





Mas Agung bersama  sahabat, handai taulan

Malam itu rombongan kecil yang langsung dipimpin Rusdi Kirana hendak melakukan ferry flight, yakni terbang perdana jarak jauh tanpa penumpang komersial Seattle (Amerika Serikat)-Soekarno-

Hatta (Cengkareng, Indonesia). Pesawat varian terbaru Boeing 737-900 Extended Range (ER) ini merupakan pesawat ke-50 dari 178 pesawat yang dipesan maskapai penerbangan Lion Air hingga tahun 2017.

“Saya kawal langsung pesawat ini sebab untuk mencapai angka historis 50 itu tidak mudah dan penuh liku. Perjuangannya akan beda dengan dari 50 ke angka 300, misalnya. Itu lebih mudah,” ujar Direktur Utama Lion Air, Rusdi Kirana.

Sebagian besar pendanaan Lion Air didukung oleh Bank Exim AS. Lion Air merupakan pengguna pertama di dunia bagi pesawat yang berkapasitas 215 penumpang itu.



Berbeda dengan pendahulunya, kokpit pesawat ini telah dilengkapi dengan head up display. Peralatan ini biasanya dipakai pada pesa- wat militer/pesawat tempur. Fungsinya adalah mempermudah pilot dalam menentukan kemiringan pesawat, baik secara vertikal mau- pun horizontal. Pesawat ini menggunakan layar LCD yang terpadu dalam bentuk glass cockpit. Sistem ini diprediksi akan menjadi tren bagi pesawat-pesawat baru.

Agung merupakan orang di balik kelancaran proses penyerahan pe- sawat itu dari AS ke Indonesia. Walaupun jabatannya di Boeing Company sebagai structural analysis engineer, namun dialah yang mempersiapkan akomodasi dan kebutuhan lain bagi kelancaran upacara gunting pita yang dilakukan Menteri Perhubungan Freddy Numberi dan Duta Besar RI untuk AS Dino Pati Djalal di hanggar Field Operation Boeing. Agung berperan semacam liaison officer sukarela bagi rombongan Indonesia itu.

Tidak hanya kali ini, setiap ada acara yang berkaitan dengan ke- pentingan Indonesia, baik swasta maupun pemerintah di Boeing, Agung selalu berperan di belakang.

“Setiap ada orang Indonesia ke Seattle, kami merasa dikunjungi saudara,” ujar Agung yang sudah memi-liki rumah sendiri di kawa- san Renton, Seattle, Negara Bagian Washington.

Agung lulus dari Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung Jurusan Teknik Sipil tahun 1990, lalu langsung masuk ke IPTN. Ketika terjadi gonjang-ganjing di perusahaan pesawat terbang per- tama dan satu-satunya di Indonesia itu, awal tahun 2001, Agung keluar karena memperoleh kesempatan mengembangkan karier di Boeing Company.

“Saat itu, WNI yang bekerja di Boeing belum banyak, hanya seki- tar 25-30 orang,” kenangnya. Mula-mula ia ditempatkan di salah satu bagian badan pesawat Boeing 747, 767, dan 787. Akan tetapi, belum setahun bekerja, tragedi 11 September 2001 telah membuat- nya dirumahkan seperti ribuan karyawan Boeing lainnya.

Kebimbangan pun melanda pikirannya karena untuk pulang ke Indonesia beban mentalnya terlalu berat. Ia pun mencoba bertahan dengan mencari kerja ke sana, ke mari, bermodalkan sertifikat te- naga kerja di AS yang masih berlaku dua tahun lagi. Sempat pula ia nyambi sebagai sopir shuttle bus di Seattle. Nasib baik terus menyelimuti keluarga beranak tiga itu saat Agung bertemu dengan Yoseph Chan Corp, sebuah perusahaan properti, real estat, dan perkantoran.

Karena cocok dengan kultur Asia, Agung pun secara cepat dite- rima. Tidak sebatas karyawan, tetapi juga seperti anggota keluarga di perusahaan keluarga asal Taiwan tersebut. Oleh pemiliknya, Agung dipercaya menjadi pengawas operasi apartemen di Tacoma, 40 mil selatan Seattle. Padahal, secara formal, di perusahaan pro- perti itu Agung bekerja sesuai dengan keahliannya, bagian land- scaping.\





Mas Agung bersama  keluarga dan handai taulan

Meski tak lagi bekerja di Boeing ketika itu, Agung tetap menjaga hubungan komunikasi dengan Boeing dan setahun kemudian sejak terkena lay-off, Agung dipanggil untuk bekerja kembali di Boeing. Ketika ia menyampaikan hal itu kepada pihak Yoseph Chan, pe- milik perusahaan itu malah kebingungan mencari penggantinya. “Saya belum memberikan keputusan sampai mendapatkan orang yang bisa menggantikan kamu,” ujar pemilik Yoseph Chan saat itu.

Belum sempat keputusan diambil, pemilik perusahaan itu tiba-tiba mendapat kecelakaan lalu lintas. Mobilnya mengalami tabrakan di San Diego, California. Kendati tidak parah, Agung pun menengok ke San Diego. Di sana bosnya itu terus terang, saat mengendarai mobil, pikirannya terus melayang karena kebingungan mencari pengganti orang yang bisa dipercaya seperti dia.

Akhirnya, dicapailah jalan tengah, Agung ditawari kerja ganda. Silakan bekerja di Boeing, tetapi pekerjaan mengawasi operasional apartemen tetap dilanjutkan karena bisa dilakukan lewat telepon. Lagi pula, pekerjaan itu bisa dilakukan pada hari Sabtu dan Ming- gu. Agung pun menyampaikan hal tersebut kepada pihak Boeing dan sejak itu pemegang green card (warga tetap, tetapi tidak me- miliki hak pilih dalam pemilu) AS sejak tahun 2002 itu bekerja kembali.

Anak negeri atau WNI untuk jabatan-jabatan pada middle mana- gement di perusahaan raksasa AS itu memang tidak banyak. Per- usahaan pesawat terbang komersial yang kini mengerjakan lebih dari 160.000 karyawan itu memberikan fasilitas penghasilan 150.000-200.000 dollar AS per tahun.

“Bukan soal pendapatan, di sini kami senang bekerja karena di- akui. Masyarakatnya lebih agamis dan sangat menghargai orang,” ungkap Agung.






Mas Agung bersama  keluarga dan handai taulan

Setelah membeli rumah seluas kira-kira 1.000 meter persegi senilai 600.000 dollar AS, ia pun memboyong keluarganya ke AS. Untuk kebutuhan penginapan teman-teman atau saudaranya yang berkun- jung atau berdinas sementara ke AS, Agung pun membeli lahan vila di Seattle. Tiap tahun keluarga Agung pulang ke Indonesia untuk menengok ayah dan mertua perempuannya.

Menjadi warga Amerika yang baik, harus dibarengi dengan skill atau keahlian yang baik pula, dengan perilaku dan tutur kata yang berkebajikan agar kita menjadi bagian integral dari masyarakat AS yang bermartabat. Jati diri, semangat mandiri, keahlian dan pendi- dikan menjadi kunci kesuksesan dalam mewujudkan cita-cita dan impian bagi WNI di negeri Uncle Sam ini.

Itulah sekelumit falsafah Ir. Agung H. Soehedi, “sosok Indonesia” yang tahan banting ketika mengalami PHK di Boeing Company.

“Karena itu, saya yakini karakter dan pendidikan dalam arti seluas- luasnya, menjadi kunci keberhasilan warga Indonesia yang meran- tau di luar negeri, termasuk di negeri Paman Sam ini,” ujar tek- nolog Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional, Bandung, yang ditempa Habibie menjadi analis struktur pesawat terbang ini.

Agung tetap mengembangkan keahlian teknik sipilnya, meski sejak lulus sarjana ia lebih banyak belajar dan mengembangkan keahlian aero-natikanya. “Ilmu itu saling melengkapi, tidak ada yang serba sempurna, justru dalam teknologi, interdisipliner juga menjadi kunci,’’ kata Agung yang menikah dengan gadis Yogyakarta, Yani

O. Soehedi, dan dikarunia dua puteri (Livi dan Shasha) dan dua putera (Adi dan Nouval). Puteri pertamanya, Livi, sudah sarjana dan memilih bekerja di perusahaan swasta di Jakarta, sementara Shasha, Adi dan Nouval menempuh pendidikan di sekolah negeri, Seattle dengan prestasi yang cukup bagus.

Agung menilai, potensi ilmu dan teknolog anak-anak negeri bangsa kita sangat tinggi dan beragam, sayangnya negara kurang mampu mengoptimalkannya karena korupsi merajalela dan mem- budaya meski demokrasi sudah ditegakkan.

“Seandainya korupsi, kolusi dan nepotisme bisa dibabat habis oleh pemerintah SBY, maka potensi anak Indonesia akan melaju ke de- pan dengan pesat. Namun karena yang terjadi justru sebaliknya, maka rakyat Indonesia yang menanggung dampak buruknya: rak- yat kecil hidup makin miskin dan sulit di tengah kekayaan alam yang melimpah. Ibaratnya, rakyat menjadi tikus yang mati di lum- bung padi karena Indonesia tidak dikelola dengan baik, malah undermanaged dan mismanaged dewasa ini,” bebernya.

“Coba kalau pajak, pertambangan dan hasil alam dikelola secara baik dan maksimal, akuntabel dan transparan tanpa intervensi po- litisi, mafia atau sejenisnya, Indonesia sudah jauh lebih baik. Se- mua kelas terpelajar tahu bahwa ada mafia yang menguasai eko- nomi-politik di Indonesia. Itulah pentingnya media dan LSM serta mahasiswa melakukan kontrol demokrasi ketika DPR lemah men- jalankan check and balance,” ujarnya lebih lanjut.

Sebagaimana diuraikan di atas, berbagai pengalaman pahit telah menempa sosok Agung Soehedi menjadi pribadi yang tahan ban- ting dan tidak pernah menyerah.

“Tuhan menakdirkan suami saya demikian, kami diuji dari bawah, dari kontrakan di sini, makanya tahan banting. Percayalah, Tuhan tidak pernah diam, dan kita harus berusaha, sampai berhasil,” kata Yani Soehedi, sang istri yang setiap hari menyetir mobil sendiri untuk mengantar anak ke sekolah.




Mas Agung bersama  keluarga dan handai taulan

Agung selalu mengingat tragedi WTC yang menewaskan lebih dari tiga ribu jiwa itu membuat jutaan orang emoh memakai trans- portasi udara. Akibatnya, permintaan pesawat menurun drastis dan itu memaksa Boeing, mesti mem-PHK puluhan ribu karyawan termasuk dirinya.

“Saya kena PHK yang menyedihkan, kali ini di Amerika,” ujar Agung yang ketika itu baru setahun masuk Boeing. “Makanya, teman-teman jebolan IPTN di sini bilang, di PHK Boeing membuat Mas Agung tahan banting,” kata Soepeno menirukan ucapan para rekannya dari IPTN.

Rumah Agung menjadi tempat berkumpul mahasiswa dan pemuda asal Indonesia, bahkan tempat penitipan barang-barang mereka. Rumahnya menjadi semacam base camp bagi mahasiswa Indo- nesia, yang dicintainya seperti keluarga sendiri.

Agung menyatakan, puluhan teknolog IPTN di Boeing membuk- tikan bahwa insinyur Indonesia tidak kalah dengan warga Amerika atau bangsa-bangsa lain di dunia.

Namun di balik kebanggaan itu juga tersembul kesedihan dan ke-gelisahan dalam diri Agung, karena semua kemampuan iptek yang dimiliki tak bisa dikembangkan atau dipakai di Tanah Air akibat krisis moneter 1998.

Sekali lagi, ujar kader Habibie ini, kalau saja IPTN tak kolaps dan konsisten mengembangkan produksi seperti CN 235, N250, dan N2130, Agung yakin perusahaan pelat merah itu akan menguasai pasar yang kini dikuasai ATR (Toulouse, Prancis), Embrier (Bra- sil), dan Bombardier (Kanada).







TAHAN BANTING

Agung H. Soehedi merupakan alumnus SMUN 3 Bandung, sedangkan gelar sarjana ia dapatkan di jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional (Itenas), Bandung. Awalnya ia bekerja di PT IPTN Bandung, yang kini bernama PT Dirgantara Indonesia. Dengan terjadinya krisis finansial Asia 1997, PT IPTN juga kena imbasnya yang mengakibatkan kegoncangan dalam perusahaan. Agung kemudian mengundurkan diri dari IPTN, lalu kemudian menjalani tes di perusahaan Boeing dan diterima bekerja di sana (wikipedia.org). Pada awal 2001, ia pergi ke Seattle, Amerika Serikat, untuk bekerja di perusahaan pesawat tersebut.

Akibat Serangan 11 September 2001 di New York, Agung kehilangan pekerjaan di Boeing karena permintaan pesawat yang menurun, dan Boeing memberhentikan banyak karyawannya. Karena sudah membawa istri dan anaknya ke Seattle, Agung akhirnya rela bekerja apa saja untuk menafkahi keluarga. Agung pernah menjadi tukang cuci mobil, sopir shuttle bus, pengatur dan pembuat taman, tukang memperbaiki rumah, hingga bekerja di perusahaan perumahan dan mendirikan perusahaan perumahan. Semua yang pernah dijalaninya, membuat Agung H. Soehedi makin teruji dan tahan banting.





Karena keuletannya, Agung akhirnya meraih sukses di bidang investasi perumahan. Agung H. Soehedi bisa membeli rumah mewah di kawasan Kent Washington seharga USD 600.000 (Rp. 5,4 Miliar). Tahun 2003 Boeing menawarinya untuk bekerja kembali di Boeing. Agung H. Soehedi kemudian menduduki jabatan struktural sebagai Analysis Engineer. Ia menangani sektor stress analysis untuk Nacelle Structure pada Boeing 737 dan Boeing 757. Sebagai seorang eksekutif, Agung mendapatkan gaji sebesar 200.000 Dollar per tahun atau setara Rp. 1,7 Miliar dari perusahaan pembuat pesawat tersebut.

Waktu itu, tahun 2012, Agung menyampaikan informasi bahwa IPTN North America seyogianya dioptimalkan untuk melobi dan menawarkan kerjasama IPTN dan Boeing bidang apa saja terkait industri aeronatika, apa- lagi Garuda dan Lion Air yang pesan ratusan pesawat ke Boeing, dan itu membuka peluang bagi kerjasama strategis.

“Menko Ekuin dan jajaran kabinet sebaiknya memanfaatkan pe- luang kerjasama itu, seperti China, Malaysia dan negara lain, untuk transfer of knowledge, training, intership (magang) dan membuka lapangan kerja bidang aeronatika, atau dapat option pekerjaan,” ujarnya.

“Indonesia adalah Indonesia, apapun keadaannya, kita selalu men- cintainya dan ingin suatu ketika pulang kembali ketika pensiun dari Boeing nanti. Doakan ya,” katanya dengan suara yang sangat dalam. Semoga berkah melimpah. 

Saya pamitan ke Mas Agung, Mbak Yani dan keluarga dan mampir ke librari University of Washington, Seattle, meneruskan riset kecil  pada tahun 2012 tsb, sekian tahun silam. Semoga kisah ini berkah dan bermakna. Salam Juang.



(sumber : Kilas Balik dari Seattle, catatan herdi sahrasad -jurnalis, peneliti dan dosen sekolah pasca sarjana Universitas Paramadina, web.inilah.com/berbagai sumber)

COMMENTS

 


 Ikuti kami di Google Berita


$type=three$va=0$count=12$cate=0$snippet=hide$rm=0$comment=0$date=hide$author=0

Nama

EKBIS,4410,ENGLISH,1867,FEED,48055,FOKUS,5145,GLOBAL,11676,HIBURAN,2517,HUKUM,5963,IPTEK,4862,NASIONAL,16278,OLAHRAGA,2778,OPINI,1625,POLITIK,5617,PROMOTE,5,RAGAM,10535,RELIGI,910,Z,41995,
ltr
item
Konfrontasi: Ir. Agung Soehedi, Sosok yang Tahan Banting, merantau ke AS, memasuki Industri Pesawat Boeing
Ir. Agung Soehedi, Sosok yang Tahan Banting, merantau ke AS, memasuki Industri Pesawat Boeing
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjb3QWZnZ3Mdkiir068FBNfA7ivaak-yZrZv32kmxyOJuHVBkY1mBmGuAEofUr36qEgQasnGik2ImOAjTYIBzviDxlfF2vJKeuoPHx2GABmiovkm5hfZ5ify705v0ghqeK9kObzrw3rjDvzcyxGTtBBnIkS2CMf5UgS4F-ImBncPCUSOrT4os_Q5ejKSw72
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjb3QWZnZ3Mdkiir068FBNfA7ivaak-yZrZv32kmxyOJuHVBkY1mBmGuAEofUr36qEgQasnGik2ImOAjTYIBzviDxlfF2vJKeuoPHx2GABmiovkm5hfZ5ify705v0ghqeK9kObzrw3rjDvzcyxGTtBBnIkS2CMf5UgS4F-ImBncPCUSOrT4os_Q5ejKSw72=s72-c
Konfrontasi
https://www.konfrontasi.com/2024/05/ir-agung-soehedi-sosok-yang-tahan.html
https://www.konfrontasi.com/
https://www.konfrontasi.com/
https://www.konfrontasi.com/2024/05/ir-agung-soehedi-sosok-yang-tahan.html
true
7622946317735281371
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By HOME PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy