Search

Bencana dan Peradaban

Ilustrasi

OPINI -
Apakah bencana hanyalah fenomena alam atau azab Tuhan? Dalam tradisi Islam dan agama-agama Semitik secara umum, kedua penjelasan ini tidak saling meniadakan. Bencana bisa fenomena alamiah, bisa peringatan, bisa konsekuensi moral, dan bisa tanda rapuhnya peradaban.

Al-Qur’an sendiri menjelaskan dua lapisan hukum. Pertama, hukum kausalitas. Allah menjadikan dunia ini bekerja dengan hukum alam. Contoh, jika hutan digunduli, maka banjir dan longsor terjadi. Jika garis patahan aktif bergerak maka gempa dan tsunami terjadi. Jika manusia merusak lingkungan maka ekosistem runtuh. Ini disebut sunnatullah kauniyyah (hukum alam).

Al-Qur’an menegaskan “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia…” (QS. Ar-Rum: 41).

Makna ayat tersebut, kerusakan alam akibat ulah manusia adalah realitas yang pasti terjadi, bukan “murni azab”, melainkan akibat logis dari pelanggaran manusia terhadap keseimbangan bumi.

Kemudian yang kedua: hukum moral (sunnatullah tasyri’iyyah). Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa moralitas suatu bangsa, terutama pemimpinnya, mempengaruhi nasib kolektif masyarakat.

Contohnya: ketika kezaliman merajalela, maka hukum dibengkokkan, suap dianggap biasa, kebohongan menjadi budaya kekuasaan, rakyat ditindas, syirik dan penyimpangan moral merata. Dengan demikian maka suatu bangsa rentan dihancurkan oleh bencana, konflik, atau keruntuhan internal.

“Dan jika Allah menghendaki kebinasaan suatu negeri, maka diperintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (agar mereka durhaka), lalu mereka benar-benar berbuat durhaka…” (QS. Al-Isra: 16).

Ini bukan semata “azab”, tetapi konsekuensi sosial-politik dan spiritual dari peradaban yang menyimpang.

Pelajaran dari Sejarah Manusia

Sejarah menunjukkan pola yang sama, lintas agama dan lintas budaya. Nabi Nuh, kaumnya hancur bukan hanya karena banjir, tetapi karena kesombongan kolektif, kezaliman, kerusakan moral, menolak nasihat, meremehkan kebenaran.

Kemudian kaum Nabi Luth musnah bukan semata karena homo­seksual, tapi karena kezaliman pada tamu, kekerasan sosial, moralitas masyarakat yang runtuh sistemik, pemimpin yang membiarkan kejahatan.

Berikutnya ada Kerajaan Babilonia, Mesir, Makkah Jahiliyah. Peradaban itu runtuh karena kemewahan, keserakahan, dan pengkhianatan pemimpin.

Dalam bangsa-bangsa besar modern, bencana besar banyak terjadi ketika lingkungan rusak, kesenjangan menggila, dan integritas negara melemah. Jepang hancur tahun 2011 oleh gempa-tsunami karena zona seismik megathrust. Filipina, Pakistan, India - banjir ekstrem akibat perubahan iklim. Turki gempa besar akibat struktur bangunan korup.

Polanya universal: kezaliman tambah kerusakan alam = bencana besar. Di Indonesia, apakah bencana beruntun saat ini sekadar fenomena alam? Secara ilmiah Indonesia memang berada pada cincin api (ring of fire), pertemuan 3 lempeng besar, jalur megathrust aktif (Sunda, Maluku, Sulawesi), wilayah paling basah di dunia.

Ditambah deforestasi ekstrem. 1,6 juta hektare hutan hilang per tahun (puncaknya), alih fungsi DAS, tata ruang hancur, sungai disempitkan, kota dibangun tanpa studi geo-hazard. Secara ilmiah, bencana pasti meningkat.

Secara spiritual dan moral bangsa Indonesia juga sedang menghadapi sistem yang menyelewengkan kekuasaan, hukum tajam ke bawah tumpul ke atas, korupsi struktural, kehancuran amanah, maraknya fitnah, kebohongan, manipulasi, perjudian online yang legal secara diam-diam merajalela, budaya hedonisme, syirik, perzinahan, dan penyimpangan moral dipromosikan.

Ini membuat masyarakat secara moral dan sosial rapuh, sama seperti bangsa-bangsa yang pernah dihancurkan dalam sejarah. Apakah ini azab atau peringatan? Dalam tafsir klasik, azab adalah pemusnahan total. Bala adalah bencana untuk menguji kesabaran orang baik dan mengingatkan orang zalim. Peringatan adalah teguran awal sebelum kehancuran.

Yang terjadi di Indonesia saat ini lebih mirip peringatan dan bala, karena negara belum musnah, masih ada orang baik dan peluang tobat nasional masih terbuka. Tetapi jika kezaliman terus dibiarkan, kerusakan alam terus berlanjut, pemimpin tak berubah, syirik dan kejahatan sosial semakin dilegalkan, maka bencana akan meningkat secara intensitas dan frekuensi, hingga menuju megathrust besar. Ini bukan hanya prediksi ilmiah, tetapi pola sejarah peradaban.

Mengapa bencana terasa “susul menyusul”? Karena tiga faktor menyatu: (1) Kerusakan lingkungan sistemik. 30 tahun deforestasi, sistem hidrologi rusak. Contoh di Aceh, Sumut, Sumbar banjir berulang. (2) Perubahan iklim global. Atmosfer memanas, curah hujan ekstrem, meningkat 2-4 kali lipat. (3) Keruntuhan moral dan tata kelola negara. Tata ruang dilanggar, tambang liar dilegalkan, hutan dijual ke oligarki, penegakan hukum diperdagangkan, sumpah jabatan dilanggar.

Bangsa yang pemimpinnya zalim, rakyatnya menderita. Dalam banyak ayat dan sejarah telah terbukti. Kesimpulan yang paling jujur dan seterang-terangnya bahwa bencana di Indonesia saat ini, kombinasinya adalah fenomena alam yang memang rawan (geologi) dan akibat dari kerusakan lingkungan oleh manusia (ekologi). Selanjutnya suatu peringatan moral dan sosial dari Allah (spiritual). Ini menjadi konsekuensi kezaliman pemimpin dan keruntuhan akhlak masyarakat (sosiologis-historis).

Jika manusia dan pemimpin terus curang, berbohong, zalim, merusak alam, menyekutukan Allah, menormalisasi kemaksiatan,maka bencana tidak akan berhenti. Bahkan akan lebih dahsyat, lebih sering, lebih mematikan, termasuk potensi megathrust yang sudah lama ditunggu secara ilmiah.

Penutup

Setiap bangsa yang selamat dari kehancuran besar memiliki resep yang sama: memperbaiki pemimpinnya dengan amanah, menghentikan kerusakan alam, menegakkan keadilan, mengembalikan moral dan tauhid masyarakat serta menjalankan pemerintahan sesuai amanah konstitusi. “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri”. (QS. Ar-Ra’d: 11). I rm

_________________________

Oleh: Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla., Pemerhati masalah kebangsaan

COMMENTS

 

Nama

EKBIS,8, ENGLISH,3, FEED,85, GLOBAL,14, HIBURAN,2, HUKUM,23, IPTEK,5, NASIONAL,19, OLAHRAGA,3, POLITIK,8, RAGAM,5, Z,107,EKBIS,4855,ENGLISH,2115,FEED,52735,FOKUS,5481,GLOBAL,12537,HIBURAN,2818,HUKUM,6815,IPTEK,5268,NASIONAL,17211,OLAHRAGA,3114,OPINI,1846,POLITIK,6197,PROMOTE,5,RAGAM,10891,RELIGI,1012,Z,46113,
ltr
item
Konfrontasi: Bencana dan Peradaban
Bencana dan Peradaban
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqwDTkGyji7C37I4NI04EF1WaCLiI8P_mnwsbG4EKr49aee-l8e9-9GxpubUcf8ZYRJbT3Vq_QD-acZP-09brmV5kbJFDm0Wg3BJcXh6ba2FfH4MyoDnDSa1HQsNRaBAsV45gcQXUtRiYFPHEBnJfuDfTPsL03Wa8e70woQaKiR-_4NUmIeGFfqUBNqK8/w640-h320/300576_04382612122025_WhatsApp_Image_2025-12-11_at_23.14.37.jpeg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqwDTkGyji7C37I4NI04EF1WaCLiI8P_mnwsbG4EKr49aee-l8e9-9GxpubUcf8ZYRJbT3Vq_QD-acZP-09brmV5kbJFDm0Wg3BJcXh6ba2FfH4MyoDnDSa1HQsNRaBAsV45gcQXUtRiYFPHEBnJfuDfTPsL03Wa8e70woQaKiR-_4NUmIeGFfqUBNqK8/s72-w640-c-h320/300576_04382612122025_WhatsApp_Image_2025-12-11_at_23.14.37.jpeg
Konfrontasi
https://www.konfrontasi.com/2025/12/bencana-dan-peradaban.html
https://www.konfrontasi.com/
https://www.konfrontasi.com/
https://www.konfrontasi.com/2025/12/bencana-dan-peradaban.html
true
7622946317735281371
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By HOME PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy