YAOUNDE - Presiden Kamerun Paul Biya, yang kini berusia 92 tahun dan dikenal sebagai kepala negara tertua di dunia, kembali memenangkan masa jabatan kedelapannya dalam pemilu yang penuh kontroversi.
Dewan Konstitusi Kamerun pada Selasa, 28 Oktober 2025 mengumumkan bahwa Biya meraih 53,7 persen suara, mengalahkan pesaing utamanya, Issa Tchiroma Bakary, yang memperoleh 35,2 persen.
Sebelum hasil diumumkan, Bakary, mantan sekutu Biya, menegaskan dirinya sebagai pemenang sejati. Namun, Partai Rakyat Demokratik Kamerun (CPDM) yang berkuasa segera membantah klaim itu.
Pemilu yang digelar pada 12 Oktober tersebut diwarnai kekerasan mematikan dan bentrokan antara pendukung oposisi dan aparat keamanan.
Dalam pernyataannya setelah dinyatakan menang, Biya menyampaikan rasa terima kasih kepada rakyat Kamerun.
“Saya dengan tulus berharap kita bersama-sama bertekad membangun Kamerun yang damai, bersatu, dan sejahtera,” kata Biya, seperti dimuat BBC.
Namun, bagi sebagian warga, kemenangan itu justru menambah kekhawatiran akan masa depan negara yang sudah lama dilanda krisis.
Sedikitnya empat orang tewas dalam bentrokan di Douala pada Minggu, 26 Oktober 2025.
Gubernur wilayah Samuel Dieudonné Diboua mengatakan aparat keamanan hanya membela diri setelah pos polisi diserang.
Kekerasan berlanjut di kota Garoua pada Senin, 27 Oktober 2025 ketika beberapa orang dilaporkan tewas di dekat kediaman Bakary. Ia menulis di Facebook bahwa “penembak jitu menembaki warga sipil di depan rumah saya.”
Suasana di ibu kota Yaoundé pun mencekam. Sebagian besar toko dan sekolah tutup, sementara pegawai negeri memilih tinggal di rumah.
“Kita berada di awal mimpi buruk baru. Ekonomi memburuk, korupsi merajalela, dan banyak hal tidak berjalan sebagaimana mestinya," kata warga bernama Amungwa Nicodemus. I rm
COMMENTS