WASHINGTON - Presiden Donald Trump mengatakan Qatar merasa terhina oleh raksi di Amerika Serikat (AS) mengenai hadiah pesawat Boeing 747-8. Keluarga kerajaan Qatar memberikan pesawat yang harga dasarnya 400 juta dolar atau sekitar Rp6,6 triliun itu kepada pemerintah AS untuk dijadikan pesawat kepresidenan Air Force One.
Sebelumnya ketua komisi alokasi Senat AS Susan Collins mengatakan hadiah pesawat tersebut memicu polemik terkait dengan hukum dan etika, serta masalah spionase.
Trump menegaskan pesawat itu bukan untuk dirinya melainkan Departemen Pertahanan AS (Pentagon) atau Angkatan Udara AS, sehingga tak perlu menimbulkan kecurigaan soal etika.
"Mereka memberikannya kepada Angkatan Udara/Departemen Pertahanan AS. Mereka tidak memberikannya kepada saya," kata Trump, usai lawatan ke Timur Tengah, dalam wawancara dengan Bret Baier, dari Fox News, dikutip Minggu (18/5/2025).
Baier lalu mengatakan kepada Trump telah mewawancarai langsung Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani bagaimana pendapatnya soal reaksi di dalam negeri AS terkait polemik hadiah Boeing 747-8. Jawaban Sheikh Mohammed, dia tidak bisa memahami niatan baik dari Qatar ditafsirkan macam-macam.
Trump lalu menimpali Sheikh Mohammed merasa terhina.
"Dia memberi hadiah untuk membantu pihak yang telah menolong mereka. Itu adalah sebuah isyarat yang sangat baik," kata Trump.
Trump lalu menegaskan lagi pesawat tersebut bukan untuk dirinya, tapi siapa pun yang akan menjadi presiden kelak.
Pada suatu saat, begitu pesanan dua pesawat kepresidenan telah dikirim oleh Boeing, pesawat dari Qatar akan dinonaktifkan.
Trump juga menjelaskan kembali pesawat Air Force One yang digunakan saat ini sudah berusia 42 tahun. Masalahnya, Boeing tak bisa mengirim pesanan pesawat baru sesuai waktu yang ditargetkan yakni 2024. Padahal pesawat itu sudah dipesan sejak Trump menjabat presiden AS pada peride pertama, 2017-2021.
Pesawat kepresidenan yang baru kemungkinan baru dikirim pada 2027. I ins
COMMENTS