Oleh: Eko S Dananjaya*
OPINI-Persisnya ketika Effendi Saman aktif dan menjadi ketua Prodem: Pro Demokrasi penulis mengenalnya. Tapi jauh sebelum itu, penulis telah mendengar nama besarnya bahwa ia seorang advokat yang gigih membela rakyat duafa. Itu diakui oleh Bang Buyung Nasution dan Amartiwi Saleh (almarhum).
Effendi Saman adalah sosok pejuang kerakyatan. Sejak awal sembilan puluhan dirinya berkiprah memperjuangkan hak-hak rakyat yang dirampas oleh negara maupun pengusaha. Dengan mendirikan Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN). Dengan cara ini ia gigih membantu masyarakat tertindas melalui Lembaga Hukumnya, masuk desa keluar desa.
Effendi adalah sosok yang kalem, sahaja tapi memiliki prinsip perjuangan yang kuat. Dedikasi perjuangannya sampai ia menghembuskan nafas terakhir, ia masih komit membela rakyat tertindas.
Aktifis Bandung Jawa Barat ini, bukan saja memperjuangkan hak-hak lokal saja. Tapi kasus- kasus besar yang menimpa rakyat kecil ikut di perjuangkannya. Rekam jejak perjuangan melampaui pikirannya. Selain pendiri dan penggagas lahirnya Lembaga Bantuan Hukum LBHN, ia juga aktif di konsorsium buruh, petani, rakyat miskin kota. Effendi yang sering teman dan koleganya menyebut panggilan Effe adalah seorang yang tidak bisa jauh dari diskusi dan tukar pikiran dengan teman- teman aktifis di bawah usianya.
Sebelum Taman Ismail Marzuki Jakarta di renovasi dan dibangun secara kapitalistik. Effe sering adakan pertemuan kecil dengan teman-teman. Sekedar ngopi dan makan-makan kecil. Dari situ ia bergaul tanpa memandang senior dan yunior.
Penulis teringat ketika jelang SBY: Susilo Bambang Yudhoyono akan mencalonkan diri menjadi Presiden. Herdi Sahrasad , Taufik Rahzen, Yon Hotman, Rinjani Dwi Sudjono hampir tiap malam diskusi di kantor Majalah Kandidat di Kuningan Rasuna Said Jakarta. Pertemuan yang kami gagas dan rutin itu tidak lain adalah mempromosikan SBY melalui website dan media agar namanya dikenal luas oleh masyarakat. Beranjak dari pemikiran orang-orang hebat ini, maka dikemudian hari bermetamorfosa menjadi Lembaga Blora Center dengan di gawangi oleh pemikiran Yon Hotman almarhum , Taufik Rahzen dkk.
Gagasan dan ide untuk pemenangan SBY di kancah awal dimana SBY akan melakukan perjalanan politik yang lebih besar. Kami dan Effe selalu rapat berpindah- pindah, dari kuningan, Cikini sampai jln Proklamasi Menteng jakarta.
Effe adalah tipikal orang yang tidak pernah merasa letih. Perjalanan Bandung-Jakarta sering ditempuhnya dengan sering kali. Bandung-Jakarta adalah poros rumah besarnya. Ketika memimpin organisasi aktivis Prodem, tak sedikit ia dapat teror dari aparat. Meski aktivis Prodem adalah garda depan yang melahirkan Reformasi 98, tapi garis perjuangan Prodem selalu berada di luar kekuasaan. Sebab, Prodem adalah lembaga independen yang anggotanya para aktivis segala jaman dan bersifat independen.
Ketika Effe menjadi ketua Prodem, sekretariat Prodem berada di kantor Lembaga Hukumnya di Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Kehebatan Effe adalah memiliki jejaring aktifis yang kuat. Ia rela menghabiskan waktu dan uang untuk berkorban membangun jaringan para aktifis yang lebih muda.
Penulis teringat, awal kalimat "oligarki" jauh sebelum kalimat tersebut dikenal dan digunakan oleh kalayak umum, Effe lah yang membangun dan memperkenalkan opini tentang kalimat oligarki. Effendi Saman tampaknya lebih maju ke depan pemikirannya jauh sebelum banyak orang menyadari tentang bahaya oligarki yang sekarang kita rasakan kejamnnya ini.
Penulis mengamati pikiran Effendi Saman dari berbagai tulisannya di wall Media Sosialnya. Sebelum kematiannya, sehari lalu, ia menulis tentang bagaimana Effe ikut prihatin dan geram terhadap penyerobotan pantai dengan dipagari oleh pengelola PIK 2. Ia mengisi hari- harinya dengan perjuangan membantu masyarakat yang terkena jeratan hutang lewat Pinjol (pinjaman Online), selain itu Effe juga aktif membela driver Ojek On line yang nasibnya dikapitalisasi oleh perusahaan Ojol. Aduan kasus yang mana banyak Pengacara tidak mau menangani karena minim kocek. Tapi bagi Effe, ia tetap istiqomah sebagai pengacara wong cilik yang harus ia bela.
Meski waktunya padat untuk membela nasib orang kecil. Tampak Effe masih menyempatkan diri berbagi waktu dengan cucunya yang ia sayangi. Di Wall Media Sosialnya, tgl 10 Januari 2024 ia menulis:
"Cucuku bilang...
Kakek jangan pergi...
Waduh aku bilang,
Kakek pasti pulang
Sekarang pergi dulu, kerna sedang berjuang".
Betapa luar biasa, dialog yang di tulis oleh seorang kakek kepada seorang cucunya. Makna yang dalam tentang sebuah dialog antara kakek dan cucu. Dialog dan komunikasi semacam ini jarang terjadi ketika kita hidup dalam cengkraman kapitalis yang kuat. Tapi bagi Effe, ia telah membangun eter atau atmosfir dialog bersama cucunya kelak seperti yang ia harapkan. Yakni ikut menjadi orang yang memikirkan orang banyak, sebagai pejuang.
Dan di penghujung tahun 2022 bulan Desember. Effe menulis di Wall Media Sosialnya: "BERJUANGLAH UNTUK RAKYAT DALAM PERDAMAIAN". CATATAN AKHIR TAHUN 2022.
Kita semua di ingatkan oleh pesan yang ditulis oleh Effe, bahwa perdamaian itu harus diciptakan dengan perjuangan. Dan jangan pernah berhenti berjuang! Selamat jalan!
________________
*Penulis adalah aktivis 80-an, tinggal di Yogyakarta.
COMMENTS