KONFRONTASI-
Masyarakat menilai Taufiq Ismail adalah seorang penyair dan sastrawan Indonesia
yang sangat pantas mendapatkan gelar sebagai Bapak Sastra Indonesia. Sajak dan esai/artikel serta buku karya Taufiq sangatlah banyak, termasuk penghargaan
dari dalam dan luar negeri untuknya terbukti sangat besar.
Demikian pandangan Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri dan pengajar Universitas Nasional yang juga anggota DPR-RI Dr Fadli Zon MSc dalam diskusi sastra-budaya di TIM Jakarta Sabtu ini (22 Juni 2024), dipandu Ewith Bahar, dengan sepatah kata dari penyair Arif Joko Wicaksono TR. Diskusi ini dihadiri akademisi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Paramadina Herdi Sahrasad, penyair LK Ara, aktivis NGO Swary Utami Dewi MA, seniman Yos Rizal Manua dan sekitar 100 mahasiswa/kaum muda.
''Karya sastra Taufiq Ismail sangat berkualitas, sumbangsih dan perannya dalam kebudayaan dan pengembangan sastra kita sangat besar,'' kata Sutardji maupun Fadli Zon.
Beberapa karya puisi Taufiq Ismail yang terkenal 1966 bertajuk ‘ Tirani dan Benteng’’, lalu tahun 1970-an‘’Sajak Ladang Jagung,’, kemudian Kembalikan Indonesia Padaku (1981) dan Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini (1966).
Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935 dan dibesarkan di Pekalongan.
Taufiq Ismail adalah putra dari pasangan A. Gaffar Ismail asal Banuhampu, Agam, dan ibunya bernama Sitti Nur Muhammad Nur yang berasal dari Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan seorang ulama Muhammadiyah terkemuka.
(kf)
COMMENTS