KONFRONTASI- “Setiap orang punya cita-cita, tapi tak selamanya bisa mewujudkannya. Tetap semangat dan berani mencoba setiap peluang yang ada” kata Wing Artha, Sosiolog muda.
'' Insya Allah, suatu hari nanti Wing Artha bakal jadi inteligensia kokoh-kondang yang komit dan perduli pada rakyat banyak, saya percaya kepadanya sebagai sosok muda yang sahaja dan berani bicara kritis. Tangguh. Semoga Tuhan membukakan jalan baginya meraih beasiswa S3 segera karena dia tertarik menjadi ilmuwan sosial pro-rakyat sebagaimana kita, anak-anak desa/nahdliyin yang banyak keterbatasan,'' kata Dr Herdi Sahrasad, dosen senior Universitas Paramadina.
Wisuda 234 Universitas Airlangga (UNAIR) akan menjadi momen tak terlupakan bagi Gratia Wing Artha MA (Magister Artium bidang Sosiologi). Pada momen kelulusan itu, predikat wisudawan terbaik jenjang magister Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi tersematkan pada namanya.
Dapatkan Hasil Maksimal Berkat Kerja Keras Berkali Lipat
Predikat itu pantas ia sandang. Lantaran, ia berhasil mengakhiri studinya dengan
indeks prestasi kumulatif (IPK) sempurna dalam waktu satu tahun sepuluh bulan.
Artha, sapaan akrabnya, bercerita bahwa melanjutkan pendidikan bukanlah hal utama yang ia
rencanakan. Sebaliknya, Artha justru ingin segera mendapatkan pekerjaan sembari bersiap
untuk seleksi beasiswa. Akan tetapi, dorongan dan dukungan orang tua memantiknya untuk
menempuh studi lanjut pada bidang yang ia geluti.
Selain dorongan orang tua, Artha juga memiliki motivasi tersendiri. Sebagai seorang sulung
dalam keluarganya, ia ingin menjadi sosok panutan yang baik bagi saudara-saudaranya.
“Rencana saya setelah lulus sarjana adalah bekerja. Tetapi orang tua saya, terutama ibu,
mendorong saya untuk lanjut pendidikan. Selain itu, saya juga berpikir bahwa saya harus jadi
panutan yang baik untuk adik-adik saya,” ujarnya.
Dukungan dan motivasi orang tua akhirnya mengantarkan Artha menuntaskan studi dengan
hasil memuaskan. Guna memenuhi tugas akhirnya, Artha mengkaji politik pada masyarakat
sipil dalam kacamata kaum intelektual. Ia berupaya melihat bagaimana masyarakat sipil
berpartisipasi dalam panggung politik, memberikan kritik, serta membangun demokrasi.
“Saya mengkaji bagaimana masyarakat sipil bisa berpartisipasi dalam politik, mengkritik
pembangunan, membangun demokrasi. Itu semua dilihat dari perspektif kaum intelektual di
Jawa Timur,” ungkap wisudawan asal Pasuruan itu.
Bagi Artha, bukan sebuah perkara mudah untuk menjalani masa-masa studi hingga tuntas
dengan hasil maksimal. Bahkan, ia mengaku sempat mengalami kesulitan dalam beberapa
mata kuliah. Guna menyiasati, Artha melakukan berbagai cara. Mulai dari bertanya pada
rekan hingga belajar lebih keras berkali-kali lipat.
“Jika saya kesulitan belajar, saya coba atasi itu dengan belajar sepuluh kali lebih keras. Saya
percaya bahwa manusia itu terbagi dua, satu yang memang otaknya sudah lancip sejak lahir
dan yang tumpul perlu diasah. Tidak peduli yang mana, menurut saya yang penting kita mau
terus berusaha,” tegasnya.(yla/bin/UNAIR NEWS)
;
COMMENTS