JAKARTA-Di lakon drama The Tragedy of Julius Caesar ada tokoh Brutus, sedangkan di kisah Mahabarata ada Durno. Mereka adalah para pengkhianat di lingkaran kekuasaan yang menusuk dari belakang. Sukarno, Soeharto, juga jatuh karena Brutus dan Durno.
Bagaimana di sekitar Megawati saat ini ?
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang meminta pelaksanaan Pemilu 2024 ditunda sehubungan dengan dimenangkannya gugatan Partai Prima ternyata dibaca masyarakat dan para analis politik sebagai salah satu skenario yang sengaja disusun oleh tangan-tangan kekuasaan yang menginginkan agar masa jabatan Jokowi sebagai presiden diperpanjang dengan cara menunda Pemilu.
Di sisi lain beredar kabar, segelintir elit PDIP kini diam-diam sedang merancang pengkhianatan terhadap Megawati. Gerombolan ini disebut-sebut beraliansi dengan penguasa istana dan para cukong yang mengongkosi mereka.
Wacana penundaan Pemilu 2024 sendiri bukan merupakan hal yang baru. Sebelumnya tiga ketua umum partai politik, yaitu PAN, PKB dan Golkar secara terang-terangan menyatakan mendukung gerakan pengkhianatan terhadap konstitusi ini.
Sebelumnya muncul pula wacana perpanjangan masa jabatan Jokowi akan dilakukan melalui rekayasa Amandemen UUD ‘45. Namun agenda gelap ini tampaknya gagal setelah mendapat tekanan publik secara masif.
Menurut kabar yang beredar di Gedung DPR Senayan, salah satu skenario pengkhianatan segelintir elit PDIP terhadap Megawati adalah dalam waktu dekat ini Megawati akan “dipaksa” untuk mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.
Gerakan kudeta terhadap Megawati ini kini sudah disiapkan, menyusul gagalnya skenario mereka mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres pada saat HUT PDIP Januari lalu.
Kapan Megawati akan dipaksa untuk mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres PDIP ?
Waktu yang tepat memang belum dapat dipastikan. Ada yang menyebut deklarasi akan dilakukan sehabis lebaran, ada pula yang mengatakan deklarasi akan disampaikan bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei.
Namun sumber lain, seorang pentolan Fraksi PDIP, yang dikenal sangat dekat dengan kalangan wartawan di DPR mengatakan, Megawati akan dipaksa mendeklarasikan Ganjar sebagai capres pada bulan Juni mendatang, mengingat Juni merupakan bulannya Bung Karno, dimana Sukarno lahir dan wafat pada bulan tersebut.
Rencana kudeta terhadap Megawati ini setidaknya dilatarbelakangi oleh tiga motif.
Pertama, karena mereka menganggap peluang Puan Maharani untuk menjadi capres di Pilpres 2024 sangat kecil, antara lain karena rendahnya tingkat popularitas dan elektabilitas Puan dibandingkan capres lainnya.
Kedua, Ganjar Pranowo adalah capres yang sangat didukung oleh oligarki dan penguasa istana. Untuk memuluskan rencana ini segelintir elit PDIP yang merupakan orang-orang terdekat Megawati memainkan standar ganda, dan disebut-sebut sudah menerima aliran dana dari para cukong.
Ketiga, dengan menempatkan Ganjar sebagai capres PDIP peran Puan dan trah Sukarno lambat laun akan tersingkir. Jika Ganjar lolos menjadi presiden, PDIP akan sangat mudah dikuasai oleh penguasa istana dan dikendalikan oleh oligarki. Dengan kata lain eksistensi PDIP yang dengan susah payah dibangun oleh Megawati akan berakhir secara mengenaskan.
Lokasi deklarasi pencapresan Ganjar Pranowo ini, menurut sumber, kini sedang dijajaki. Kemungkinan akan bertempat di Tugu Proklamasi, Jakarta. Alternatif lain adalah di Blitar, Jawa Timur. Namun salah seorang aktivis 1998 yang intens menjalin komunikasi dengan elit PDIP menyebut lokasi deklarasi dipastikan akan berlangsung di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.
Bagaimana Megawati menanggapi rencana kudeta ini ?
Sejumlah loyalis Megawati saat dikonfirmasi tentang hal ini oleh wartawan di Gedung DPR, Senin lalu, mengatakan belum mengetahui apakah Megawati sudah mendapatkan laporan mengenai hal ini.
Namun salah seorang kader PDIP yang mantan demonstran mengatakan, Megawati bukan sosok yang mudah ditekan dan didikte. Megawati sangat faham dan bersikap awas terhadap orang-orang di sekitarnya.
Hal ini karena Megawati sangat merasakan bagaimana sakitnya dikhianati oleh orang-orang terdekatnya, bukan hanya seperti yang dialami oleh ayahandanya, yaitu Sukarno pada tahun 1965, tetapi juga seperti yang dialami oleh dirinya sendiri yaitu pada saat Orde Baru, ketika ia tampil memimpin PDIP yang kala itu masih bernama PDI tidak sedikit kader yang berkhianat.
Megawati sangat trauma terhadap pengkhianatan. Namun menurut sumber, Megawati tentu tidak akan tinggal diam, karena pengkhianatan itu akan menjauhkan PDIP dari cita-cita Bung Karno. (Tim, dari berbagai sumber). *****
COMMENTS