Bulan Juli adalah bulannya puisi, Mereka yang lahir di bulan ini katanya terbiasa mengatur kata dalam kalimat untuk menyampaikan gagasan menjadi lebih asik dan menarik.
Salah satunya Chairil Anwar (dan juga saya) seorang penyair yang dijuluki 'si binatang jalang' yang diambil dari puisinya sendiri yang berjudul aku.
Puisi ini adalah salah satu puisi yang sering kita jumpai di pelajaran bahasa indonesia kurikulum KTSP entah kalau sekarang bagaimana saya tidak mengikuti perkembangan kurikulum juga
1948
Tapi seperti yang saya tulis di judul. mengingat Chairil Anwar berarti mengenang Syahrir si Bung Kecil. Menurut penelusuran Damiri Mahmud (2014) banyak yang bilang kalau Chairil Anwar baru melahap sastra-sastra eropa ketika tinggal di rumah sang perdana menteri di negara presidensial ini, Sutan Sjahrir. Ini bukan Sutan Takdir A. yang menulis layar terkembang. Ini PM Sutan Sjahrir si diplomat ulung yang berjuang dari meja ke meja.
Chairil Anwar adalah keponakan dari orang ketiga di Indonesia pada masanya. Dia sempat tinggal di rumah sang perdana menteri bahkan dalam buku aku karya Sjuman Djaya pernah suatu pagi di bulan November 1945 suasana pertemuan di rumah perdana menteri itu berjalan begitu serius. Semua orang menyimak sungguh-sungguh sekali-kali ada tanya dan perdebatan.
Di tengah keseriusan tersebut tetiba seorang pemuda berpakaian agak dekil memasuki ruangan rapat. Dalam gaya slengean, dia menuju meja Sjahrir dan mengambil beberapa batang cerutu.
Tak ada orang yang tersinggung dengan kelakuannya karena memang sudah wataknya slengean dan urakan tetapi dia adalah seorang penyair handal di zamannya. Mungkin seperti youtuber jaman sekarang lah yang diidolakan di layar kaca padahal hidupnya di dunia nyata biasa saja cenderung seenaknya karena sudah populer.
Sebenarnya tidak aneh kita masih membahas Chairil Anwar setelah 73 tahun dia tiada. Dalam puisinya yang berjudul 'aku' dia memang sudah berencana untuk dikenang sangat lama dia tuliskan diakhir puisinya yang dia bacakan secara tidak diduga-duga di salah satu acara di bagian kesastraan Pusat Kebudayaan di Jakarta.
Chairil Anwar
PM Sjahrir
Setelah mengkritik sajak-sajak generasi Pujangga Baru yang menurutnya sudah tidak relevan dengan zaman yang sudah jauh berubah dia menutup deklamasi puisinya dengan kalimat yang menggetarkan'Aku hendak hidup 1000 tahun lagi' dan lihatlah sekarang kita masih membicarakannya. Dia terus hidup dalam setiap jiwa anak sekolah yang membaca tugas atau mengisi ulangan.
Sayang beribu sayang, semua yang saya tuliskan dalam artikel ini sebenarnya begitu dangkal. berbekal sosial media dan mesin pencari kata kunci yang diciptakan Larry Page dan Sergey Brin saya bisa seakan-akan sudah mengenal Chairil Anwar dan kehidupannya seperti saya mengenal teman-teman saya. Saya tidak membaca banyak karya sastra dan terlihat jelas dalam kemampuan menulis saya yang buruk.
Seringkali kita juga jumpai para kreator masa kini yang memang hidup dari mengutip. Padahal saya kenal beberapa teman yang menghabiskan banyak waktunya untuk mempelajari dan membahas beragam karya dari berbagai belahan dunia seperti teman-teman PublicEnemy Publisher di Ciamis-Tasikmalaya yang tidak terdengar riuh-riuhnya dan terlihat sepi lapaknya.
Saya hanya mengagumi Chairil Anwar dan menggunakannya untuk mendekati perempuan-perempuan yang gemar sastra dan menulis ketika dulu berkuliah.
Tidak jarang juga saya menjadikannya sebagai referensi ketika tugas menulis puisi di sekolah tapi pada dasarnya saya hanya mengeluarkan emosi bukan menciptakan karya sastra.
Sekali lagi terimakasih Chairil Anwar. Semoga semakin banyak orang yang berkarya dengan jiwa seperti yang engkau lakukan.
Saya hanya mengagumi Chairil Anwar dan menggunakannya untuk mendekati perempuan-perempuan yang gemar sastra dan menulis ketika dulu berkuliah.
Tidak jarang juga saya menjadikannya sebagai referensi ketika tugas menulis puisi di sekolah tapi pada dasarnya saya hanya mengeluarkan emosi bukan menciptakan karya sastra
Sekali lagi terimakasih Chairil Anwar. Semoga semakin banyak orang yang berkarya dengan jiwa seperti yang engkau lakukan.
Oleh Hisyam Adhisatrio, pengembara, peminat sastra budaya
NB: Kebanyakan orang mengenal sosok ini dari penggalan adegan di “Ada Apa Dengan Cinta” yang menunjukkan sebuah buku berjudul “Aku” dengan wajah sampul Chairil Anwar. Namun, Chairil Anwar memiliki pengaruh yang lebih dari cameo dalam sebuah film. Kalau Anda ngeh, beberapa waktu lalu media sosial sempat heboh dengan #perempuanperempuanchairil yang merupakan sebuah pementasan teater yang melibatkan Reza Rahadian, Chelsea Islan, Tara Basro, Marsha Timothy dan Sita Nursanti. Pementasan ini menghadirkan kembali sosok pujangga besar tersebut dan menyadarkan orang-orang terutama anak zaman now kalau ada lho tokoh puitis bernama Chairil Anwar. Pementasan teater tersebut memang lebih banyak menceritakan pengalaman cinta Chairil Anwar yang diisi oleh empat perempuan istimewa. Merekalah sumber inspirasi terbesar dalam hidup Chairil Anwar. Ternyata nih, selain percintaannya, ada banyak fakta menarik lain dari Chairil Anwar yang jarang orang tahu…
Sayang, Chairil Anwar meninggal muda pada usia 27 tahun. Kalau dihitung-hitung, petualangan sastranya hanyalah belasan tahun. Penyebab kematian Chairil pun masih spekulasi. Ada yang bilang karena TBC, demam berdarah, dan spekulasi yang paling fenomenal adalah Chairil meninggal karena syphilis! Tapi itu spekulasi ! Dan kebenarannya yang jelas bahwa Chairil sakit lalu wafat.
(Kompasiana.com )
COMMENTS