JAKARTA - Universitas Paramadina, Jakarta dan Institut Peradaban meluncurkan Center for Nurcholish Madjid Studies, Kamis (2/6/2022). Rektor Universitas Paramadina Prof. Didik J. Rachbini, M.Sc., Ph.D menuturkan, pusat studi ini dikembangkan untuk menggali dan mengenalkan lebih jauh ilmu dan pandangan Nurcholish Madjid atau Cak Nur.
Nurcholish Madjid (1939 - 2005) atau Cak Nur dikenal sebagai tokoh gerakan pembaruan pemikiran Islam dengan ide-ide tentang demokrasi, hak asasi manusia (HAM), pluralisme, humanisme, kapitalisme, sosialisme, sekularisme, liberalisme, sains modern, isu gender, dan kaitannya dengan Islam.
"Hampir mustahil membincangkan Islam dan dinamika Indonesia mutakhir tanpa melibatkan pemikiran Cak Nur di dalamnya. Ini disebabkan antara lain oleh warisannya yang tertanam kuat, tidak hanya dalam segi-segi pemikiran Islam, namun juga mencakup lanskap lebih luas pada wilayah sosio-politik yang getarannya masih terus terasa hingga kini," tutur Prof. Didik.
Pakar Hukum Tata Negara Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa Indonesia perlu mengembangkan studi mengenai tokoh-tokoh nasional dan pemikiran mereka untuk memberi ruang dalam menambah alternatif pemikiran.
"Karena memang di Indonesia studi tokoh itu kering. Ada dua studi yang harus kita kembangkan, yakni studi wilayah dan studi tokoh," katanya ketika menyampaikan paparan dalam serial diskusi Peradaban-Paramadina bertajuk "Nurcholish Madjid dan Indonesia", yang disiarkan di platform Zoom Meeting, dipantau dari Jakarta, Kamis (2/6).
Dalam kesempatan tersebut, ia mengisahkan pengalamannya ketika mengurus dan mendiskusikan calon penerima gelar dan tanda jasa pahlawan nasional. Ia mengatakan kurangnya studi mengenai tokoh nasional dan pemikiran para tokoh menjadi salah satu kendala saat penyusunan.
"Saya sepuluh tahun ini sejarawan, 10 tahun mengurus dewan gelar tanda jasa dan tanda kehormatan. Setiap kali kami mau mendiskusikan soal calon penerima gelar pahlawan nasional, kajian tentang tokoh dan pemikirannya itu kecil sekali," tuturnya.
Oleh karena itu, pihaknya meminta penyelenggaraan seminar-seminar di daerah mendorong, mengusung, dan memperjuangkan seseorang untuk menjadi pahlawan nasional. "Indonesia adalah negara yang paling banyak pahlawan nasionalnya, akan tetapi semua itu agak miskin kajian-kajian sejarah dan pemikiran," kata Jimly.
Untuk mengatasi kurangnya jumlah kajian tokoh nasional dan pemikiran masing-masing tokoh, Jimly berharap agar Nurcholish Madjid Centre atau Centre for Nurcholish Madjid Studies yang diluncurkan Universitas Paramadina dapat berkembang menjadi pusat studi tokoh nasional lain dan tidak hanya terbatas studi mengenai pemikiran Nurcholish Madjid atau Cak Nur saja.
Direktur Eksekutif Institut Peradaban Prof. Dr. Salim Haji Said, MA, MAIA mengatakan, gagasan mendirikan pusat studi tentang pemikiran Cak Nur sudah lama dibahas.
"Saya pribadi melihatnya sebagai ilmuwan politik. Ia membebaskan muslim Indonesia dari teologi Pemilu '55. Ayah saya ketua Masyumi di kampung, ada potret Natsir di rumah. Saya [saat kecil] kira, Indonesia negara Islam," tutur Prof. Salim.
"Pemikiran Nurcholish Madjid ini kiranya momen penting dibebaskannya orang Islam dari teologi pemilu: kalau orang Islam, harus pilih partai Islam. Kita dibebaskan dari itu, setidaknya ia punya pemikiran baru," imbuh Guru Besar Universitas Pertahanan ini.
Gagasan Cak Nur: Menegakan HAM Itu Panggilan Agama
Peneliti dan Dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta Dr. Budhy Munawar Rachman menuturkan, Cak Nur juga mendorong aktivis berpikir dan mengenal Islam dengan norma internasional baru, mengenal pentingnya inklusi dalam keberagaman, hubungan agama dan negara, liberalisasi, dan sekularisasi.
"Orang Islam tidak lantas jadi memilih Islam atau Pancasila, tetapi bisa juga [memilih] Islam dan Pancasila," tuturnya.
"Jadi sebenarnya norma internasional baru sudah mulai diolah [dalam gagasan Cak Nur]. Cak Nur mulai berbicara soal HAM dan kompatibilitasnya dengan akar tradisi Islam, terutama bahwa menegakkan HAM adalah panggilan keagamaan. Ini ciri khasnya Cak Nur," imbuh Budhy.
Budhy mengatakan, pusat studi Nurcholish Madjid dapat menjadi ruang menggali pemikiran Cak Nur tentang ke-Indonesia-an masyarakat.
"Kini kita kenal tasawufnya, pendidikan, politik, sudah digali. Tentang Indonesia kita ini belum digali. Akan bagus membahas komentar ahli tentang pemikiran Cak Nur tentang ke-Indonesia-an kita. Pemikiran dan kemodernannya bia dielaborasi sesuai konteks, baik kelebihan dan kekurangannya. Akan sangat kaya bila kita membahas keadilan menurut Cak Nur dan membagun teori baru tentang keadilan dan lainnya," tutur Budhy.
COMMENTS