KONFRONTASI- Soedjatmoko atau dikenal sebagai Bung Koko, adalah seorang intelektual, diplomat, dan politikus Indonesia. Pada masa pemerintahan Soekarno, Soedjatmoko pernah mewakili Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lake Success, New York, Amerika Serikat 1947. Ia juga pernah menjadi dosen di Universitas Cornell di Ithaca, New York, selama dua tahun.
Di masa Orde Baru, Soedjatmoko menjadi wakil ketua delegasi Indonesia di PBB dan menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dengan masa jabatan 1968-1971.
Riwayat Soedjatmoko
Soedjatmoko Mangoediningratan lahir pada 10 Januari 1922 di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Ia merupakan anak dari pasangan Saleh Mangoediningratan dan Isnadikin, yang berasal dari Jawa Timur. Ayah Soedjatmoko merupakan seorang dokter keturunan bangsawan Jawa asal Madiun. Sedangkan ibunya berasal dari Ponorogo, sebelah selatan Madiun. Pada 1924, Soedjatmoko pindah ke Belanda setelah ayahnya mendapat beasiswa di sana selama lima tahun.
Pendidikan Soedjatmoko
Setelah pendidikan sang ayah di Belanda selesai pada 1929, Soedjatmoko melanjutkan sekolah dasarnya di Kota Manado, Sulawesi Utara. Selesai sekolah di Manado, ia lanjut menuntut ilmu di Hoogere Burgerschool (HBS) dan lulus pada 1940, sebelum akhirnya sekolah kedokteran di Jakarta. Selama melanjutkan pendidikan di Jakarta, Soedjatmoko tertarik meneliti masalah kemiskinan. Namun, setelah Jepang datang ke Indonesia, ia dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1943 karena memiliki hubungan kekerabatan dengan Sutan Syahrir. Sutan Syahrir adalah kakak ipar Soedjatmoko yang selalu berani mengkritik pemerintahan militer Jepang.
Menjadi wartawan
Setelah keluar dari sekolah kedokteran, Soedjatmoko pindah ke Surakarta dan bekerja di rumah sakit ayahnya. Ketika Indonesia merdeka, ia diminta menjadi wakil kepala bagian pers asing di Kementerian Penerangan. Pada 1946, Sutan Syahrir, yang menjadi Perdana Menteri Indonesia, meminta Soedjatmoko mendirikan jurnal mingguan berbahasa Belanda, Het Inzicht. Het Inzicht didirikan sebagai tanggapan atas Het Uitzicht, yang disponsori oleh Belanda. Satu tahun kemudian, Soedjatmoko mendirikan jurnal sosialis bernama Siasat, yang terbit setiap minggu.
Diutus ke Amerika Serikat
Tahun 1947 menjadi tahun terakhir Soedjatmoko berkarier di bidang jurnalistik. Pasalnya, ia dan dua kawannya diutus ke Amerika Serikat sebagai anggota pengamat Indonesia di PBB. Saat itu, Indonesia menjadi topik permasalahan dunia karena perjuangannya mempertahankan kemerdekaan dari rongrongan Belanda. Selain berperan politis di PBB, Soedjatmoko memanfaatkan media massa untuk menjelaskan kondisi Indonesia kepada rakyat Amerika Serikat. Selama berada di Amerika Serikat, Soedjatmoko juga memanfaatkan waktunya untuk belajar administrasi publik di Harvard Littauer Center. Kemudian, pada 1951, Soedjatmoko berperan mendirikan Kedutaan Indonesia di Washington DC.
Menjadi politisi
Setelah menyelesaikan segala urusannya di Amerika Serikat, Soedjatmoko pulang ke Indonesia dan bergabung dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Di PSI, Soedjatmoko mendirikan jurnal harian Pedoman dan jurnal politik Konfrontasi yang dipimpinnya hingga 1961. Melalui jurnal Pedoman, orang-orang PSI kerap berdebat terbuka dengan orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI) melalui media masing-masing. Kebersamaannya dengan PSI mengantarkan Soedjatmoko memenangkan kursi anggota Konstituante pada pemilihan umum (Pemilu) 1955.
Di kursi Konstituante,
ia sering melontarkan pemikiran kritisnya terhadap Presiden Soekarno. Menjelang 1965, Soedjatmoko ternyata berada dalam intaian radar Amerika, yang tidak memiliki hubungan baik dengan Soekarno. Kemudian, pada 1965/1966, ketika Soekarno mulai goyah kepemimpinannya, Soedjatmoko menjadi orang yang diajak bicara oleh Amerika Serikat
Soedjatmoko banyak membicarakan permasalahan ekonomi dan bisnis untuk Indonesia. Ketika Soeharto menjadi presiden Indonesia, Soedjatmoko diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dari 1968 hingga 1971. Di Amerika Serikat, Soedjatmoko mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari berbagai universitas. Meninggal dunia Ketika tugasnya di Amerika Serikat selesai pada 1971, Soedjatmoko kembali ke Indonesia dan diangkat menjadi Penasihat Khusus Urusan Budaya dan Sosial untuk Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Ia juga sempat menjadi Anggota Dewan Direktur Ford Foundation pada 1972 dan diangkat menjadi Rektor Universitas PBB di Tokyo pada 1980.
Setelah menginjak usia lanjut, Soedjatmoko sering mengisi hidupnya dengan berceramah di berbagai acara. Soedjatmoko meninggal ketika mengisi acara di Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan di Yogyakarta pada 21 Desember 1989.
--------
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Singkat Soedjatmoko", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/20/160000579/biografi-singkat-soedjatmoko?page=all.
Penulis : Lukman Hadi Subroto
Editor : Widya Lestari Ningsih
COMMENTS